Boediono Dipercaya SBY


Semat Boediono sebagai pengusung neoliberalisme hampir-hampir tak terbantahkan lagi. Semakin kuat dia membantah, justru semakin pekat pula kesan itu melekat sama dirinya. Semakin dia bilang tidak benar, malah dia terkesan semakin jujur. Semakin dia berkata, ekonomi harus dilepaskan kepada pasar namun pemerintah perlu mengendalikannya, jelaslah tampak semakin naifnya dia. Lambat laun, orang-orang malah justru akan semakin meragukan gelar profesor ekonomi yang disandangnya itu.

Masalahnya adalah dia adalah orang yang dipercaya oleh dua Presiden sekaligus; Megawati Soekarnoputri dan Soesilo Bambang Yudhoyono. Dia ditunjuk sebagai Menteri Keuangan oleh Megawati dan oleh Yudhoyono semakin tebal kepercayaannya kepada orang ini. Tak hanya sebagai Menteri Koordinator bidang ekonomi dan keuangan, tapi juga sebagai Gubernur Bank Indonesia dan terakhir sebagai calon wakil Presiden RI 2009-2014.

Dari hal itu kelihatanlah kalau Boediono adalah orang yang paling bisa membawa diri di pergaulan elit politik level atas. Tentulah tak mudah untuk meraih kepercayaan seseorang, apalagi dia berstatus sebagai orang nomor satu di negeri ini. Dan sekali lagi, tak hanya satu Presiden, tapi juga dua Presiden sekaligus.

Apakah Boediono orang yang bisa dipercaya?

Saya terbayang kisah yang dilukiskan oleh Mario Puzzo dalam Godfather. Don Vito Corleone sebagai pemimpin keluarga mafia, tidak mau memberikan kepercayaan penuh pada putranya, Sonny Corleone. Sonny terlalu emosional. Dia sempat marah kepada Sonny ketika Sonny nyerocos mengungkapkan ketidaksetujuannya dalam suatu negosiasi. “Jangan pernah mengutarakan pikiranmu kepada yang bukan keluarga!” tegas si Don.

Don juga tak mau menyerahkan urusan penting apapun kepada putranya, Freddy Corleone. Bertolak belakang dengan Sonny, Freddy terlalu lemah dan mudah diiming-imingi.

Kepercayaan itu hendak diberikannya kepada Michael Corleone, putra bungsunya. Dia punya sikap. Michael mulanya tak mau ikut dalam bisnis keluarga dan lebih memilih menjadi prajurit militer. Don Vito orang yang bijaksana. Sikap seseorang tergantung ruang dan waktu, proses hidup akan terus berlanjut dan itu punya pengaruh besar. Dia benar, Michael justru kemudian menjadi Don selanjutnya. Meski demikian, rencana Don Vito yang ingin ada generasinya yang menjadi pemimpin politik (seperti gubernur dan presiden), tak kesampaian.

Untuk melihat kepercayaan, bukanlah dengan melongok kepada siapa kepercayaan itu diberikan. Tapi cerita The Godfather memberitahukan, kalau kepercayaan haruslah didefenisikan menurut si pemberi kepercayaan. Itu dengan perhitungan, si pemberi kepercayaan tadi sudah menghitung karakteristik orang yang akan diberikan kepercayaan itu.

Dalam kasus Soesilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, dan neo-liberalis yang disematkan kepada mereka, yang harus dilihat lebih utama, ya SBY nya. SBY yang telah memberikan kepercayaan kepada Boediono untuk mendampinginya. Dengan perhitungan, Boediono dapat mengamankan agenda-agenda neo-liberalisme di Indonesia.

Kepercayaan dalam politik adalah dalam tugas dan mengamankan kepentingan-kepentingan. Kepentingan siapa? Tentulah kepentingan dari hirarki yang paling atas. Boediono statusnya berada di bawah SBY. Karena itu, adalah penting bagi masyarakat untuk mengetahui, kepentingan siapa yang akan dibawa SBY dalam pilpres 2009 nanti. Tentulah, siapa yang akan paling diuntungkan dengan konsep neo-liberalis itu menjadi petunjuk utama. (*)

15 thoughts on “Boediono Dipercaya SBY

  1. Yang pasti, “investor” asing akan lebih senang jika SBY-Boediono menang. Privatisasi dan penjualan saham BPPN serta kucuran BLBI merupakan bukti kesetiaannya terhadap prinsip ekonomi yang paling “handal”…
    Kemana saja Bang…kok lama diam?

    🙂 iya udah lama. keliling-keliling, dah lama gak jalan-jalan sendiri. 😀

    Like

  2. Jujur saja, saya malah sedang meragukan kemampuan anda sebagai Wartawan!. Pemaknaan Neo-Lib versi Anda, saya katakan, masih sekelas “Budi Anduk” yang gemar sekali memerankan karakter Pandir bin Naif dalam setiap episodenya. jadi Maaf saja, jangan dulu kita bicara tentang Boediono yang Prof itu.

    Pertanyaannnya adalah, sebutkan kepada saya, satu negara yang 100% Neolib di muka bumi ini ?

    Amerika Serikat, disebut Neo-Lib, tetapi Bail-Out 700 milyar USD duit negara digelontor juga buat perekonomian.

    Di China lewat Beijing Consensus, BUMN dikuasai oleh negara, tetapi jika rugi, ya di lego juga alias Privatisasi.

    jadi tidak ada Itu Sistem Ekonomi Makro yang benar-benar Ekstrim, yang dikuasai Pasar sama sekali, atau negara sama sekali, yang ada kebanyakan adalah “jalan tengah” antara keduanya.

    Dan itu semua ada di Neo-Lib Ekonomi dalam bentuk Kapitalisme , yang terbukti lentur dan sukses meredam Depresi besar di amerika serikat di tahun 1935, dan sekarang kita lihat, apakah kapitalisme yang sedang dikoreksi sekarang ini sedang membuat Sintesis baru agar selamat dari Krisis global 2009. jadi tak seperti kebanyakan orang yang tampak ber api-api bahwa Kapitalisme sudah runtuh…bahkan beberapa diantaranya menganjurkan Sistem ekonomi Islam untuk menggantikan ideologi ekonomi dunia…(he-he..)

    lagi pula, Adam smith-pun ngomong , bahwa ada “tangan yang tidak kelihatan” (invisible Hand)yang akan mengatur Pasar agar mencapai titik “equilibrium”nya. dan jika Pasar gejolak, maka Smith menganjurkan agar Negara ikut campur bahkan sampai Bangkrut sekalipun.

    Terakhir, Keynes, penggagas neo-Lib malah bilang “betapa hancurnya sebuah sistem ekonomi yang dibiarkan tanpa kendali….” maka Keynes-pun bilang bahwa Sistem ekonomi harus dikelola..(kapitalisme kreatif)

    Jadi, saya kira, tulisan diatas sekedar Kecentilan anda saja mensikapi wacana sekarang ini. tampaknya menjadi tukang kritik (bukan tukang ngarang!) saat ini satu hal yang Seksi..meskipun tak cerdas sama sekali..

    salam–

    jgn terlalu berharap banyak sm saya, mas ryono, nanti kecewa. 😀

    Like

  3. @Ryono:
    Dan jangan lebih terlalu berharap sama yang namanya Neo Liberal, Mas Ryono, nanti malah lebih kecewa. 🙂 🙂

    Like

  4. @Ryono
    Tidak ada liberalisme murni, tidak ada sosialis murni, tidak ada sistem syari’ah murni. Itu pasti.
    Liberalisme adalah paham. Pemahaman merupakan hasil dari pembelajaran/pengalaman/doktrinisasi. Dari pemahaman/kepercayaan maka timbul action 1, action 2 dst. Dari action, timbullah hasil “kondisi yang cenderung liberal/sosialis/syar’iah”.
    Jika mental seseorang pemimpin otoriter, maka sistem akan cenderung otoriter dan terbukti bahwa era Orba sarat dengan diktatoris. Kita tahu ada dampak buruk dari diktator.
    Jika mental seseorang pemimpin neoliberalisme, maka sistem akan cenderung liberalis. Kita tahu bahwa neoliberalisme menyebabkan kerugian bagi rakyat kecil dan memperkaya orang kaya.
    Tidak perlu menyebutkan sudah berapa ratus triliun uang negara habis karena doktrin liberalisme yang ditanamkan IMF. Inilah yang menjadi masalah.
    Sekadar neo-lib oke-oke saja. Tapi, faktanya sejak tahun 2000-an, kecenderungan neoliberalisme kita mengarah kepada “tunduk dan taat” kepada asing dan kapitalis/obligor/bankir.
    BLBI, privatisasi yang merugikan serta penjualan saham perbankan BPPN adalah bukti doktrin neoliberalisme IMF yang disungkem pemimpin negeri ini yang didayung oleh para tim ekonomi di kabinet titik
    Trims

    Ekonomi pancasila memang terlalu muda untuk mati. Soekarno harus bertanggungjawab untuk itu. dan Soeharto tak usahlah dibicarakan lagi. 😀

    Like

  5. @ nusantaraku

    Jika anda bilang sekedar Neo-Lib oke-oke saja, sepakat!. jadi perdebatannya adalah Bukan lagi Kita Mengharamkan neolib, tetapi Neo-Lib yang bagaimana yang mensejahterakan rakyat. Amrik jantungnya Neo-Lib, tetapi anda ingat perdebatan cerdas OBAMA vs Mc Cain kemarin tentang kisah “JOE si Tukang Ledeng”. Obama ingin menarik pajak progresif buat orang-orang yang mempunyai penghasilan tertentu (seperti Joe si tukang Ledeng itu), sesuai standar kemapanan yang telah ditentukan di Amrik, Pajak ini nanti dijadikan “subsidi” untuk membantu orang-orang yang mempunyai penghasilan rendah agar lebih produktif, dan bisa mencapai penghasilan yang mapan. Pertanyaannya adalah, Apa ini kalau tidak disebut “pemerataan pendapatan” seperti yang digembar-gemborkan Sosialis!.

    Parahnya, di indonesia, perdebatan masih seputar “isme-isme” yang melangit, itupun dengan pemahaman ecek-ecek yang dilontakan oleh orang-orang yang, saya berani bertaruh, tak melek ekonomi!.

    Apa Rakyat Indonesia ini akan dijejali “isme-isme” ekonomi saja. Sudah begitu, bodohnya, para politikus itu mengembar-gemborkan Ekonomi kerakyatan…pertanyaannya adalah “isme-isme ekonomi” manakah yang tidak ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.

    mengapa Neo-Lib kita terkesan “tunduk dan taat”, itu juga harus kita persalahkan Orang-orang yang saat ini juga sedang Nangkring jadi capres, bukan hanya SBY

    Megawati pernah melunasi hutang konglomerat yang kena skandal BLBI, Jusuf Kalla getol banget melego Blok Cepu untuk “diberdayakan” perusahaan asing, belum lagi Indosat setelah dikuras oleh SingTel kini masih saja dikuras oleh Qtel…jadi semua kandidat capres itu adalah neolib

    bagaimana-pun “isme-isme” itu tak ada yang sama sekali sempurna, bukan karena “isme” ekonominya tetapi karena mentalitas manusia yang rakus, bertipe jongos bla-bla,…

    Lha Kapitalisme di amrik, 2008-2009 jebol karena orong-orang sono rakus ngambil kredit perumahan, dan rakus menyimpan duit di pasar modal. Bloonnya tak diikuti pengawasan aktif negara, walhasil Bernard MadoFf, sukses menipu orang milyaran USD dalam beberapa tahun.

    Makanya, kita harus bangga kita ini Neo-Lib, China saja dalam ekonominya seperti tertuang “Beijing Konsensus” saja Neolib, cuma politik saja yang masih Komunis (sosialis)…Faktanya, negara-negara Neo-Lib itu maju kok..

    –salam–

    Like

  6. @ kopral cepot
    Benar, diskriminasi ekonomi merupakan bentuk Penjajahan.

    @ Ryono m
    Sebagian besar orang Amerika cenderung neo-lib, tapi tidak semuanya neolib. Itulah yang membedakan Obama “tercerahkan” dengan Bush (Mc. Cain) “kelabu”. Di masa Bush, ia begitu percaya dengan pasar. Ia berusaha melepaskan peran pemerintah, meskipun kebijakan memproteksi industri pertanian tetap mereka pertahankan. Pasar disini bagi Bush identik dengan korporasi (yang memadu menjadi korpotokrasi). Karena kekuatan korporasi yang begitu kuat dan bebasnya, maka pemerintah AS justru “terdikte” dengan ambisi MNC untuk merebut minyak dengan isu “senjata pemusnah massal” dan membuat tembok di sepanjang tanah ber-“emas hitam”.
    Karena pemikiran yang terlalu neo-lib “bebas”, maka kebebasan pasar finansial di Amerika yang menimbulkan subprime mortgages oleh perbankan. Bear Stearns Agustus 2007 disusul Lehman Brothers pada Q3 2008, lqalu AIG, dan bank seperti City Bank merugi dan pada akhirnya menyebabkan kehancuran lembaga finansial.
    Sejak saat itu, para ekonom neo-lib baru sadar bahwa “negara memang sangat dibutuhkan dalam pasar”. Pemikiran seperti itu sebenarnya telah berubah, dari neo-lib menjadi “the new of neo-lib degradation”. Karena mereka masih “sombong”, maka mereka tetap ingin mengatakan bahwa liberalisme masih paling oke. Jadi sebenernya, “the new of neo-lib degradation” adalah mereka yang sudah menurunkan libnya menjadi sosio-liberalis-kapitalis.
    Obama memiliki kecenderungan yang ini daripada kubu Bush (Mc.Cain) yang lebih cenderung neo-Liberalis. Karena pres Amerika sekarang Obama, maka Amerika sesungguhnya bukan lagi neo-lib. Tapi neo-lib terdegradasi menjadi lisoskap.
    Begitu pula Australia dibawah Kevin Rudd (Partai Buruh). Secara tertulis, PM Kevin Rudd, menulis sebuah esai dalam The Monthly pada 2009 ini : krisis yang sekarang menghantam dunia adalah titik puncak neo-liberalisme yang mendominasi kebijakan ekonomi dunia sejak 1978. Kini, masa kejayaan 30 tahun itu berakhir dengan kegagalan. Rudd menggantikannya neolib dengan agenda baru yang mendasari kebijakan ekonomi yang ditempuh Partai Buruh sebagai ”kapitalisme sosial-demokratik”.
    ******
    Krisis finansial, memberitahu kepada seluruh pemimpin dunia agar semakin “sadar”, proteksionisme sangat penting. Globalisasi pun dalam berbagai sisi harus diproteks.
    Dan saya sependapat bahwa yang lebih penting adalah kebijakan ekonomi mereka. Apakah lebih mementingkan teknik konvensional liberal atau sebaliknya teknik “gotong royong” ala Indonesia. Indonesia berbeda dengan Amerika, berbeda pula dengan Singpura. Pertanian, perikanan, energi alternatif, kekuatan maritim harus menempus ke “grass root”.
    ******
    Mengenai Blok Cepu, saudara dapat data dan info mana bahwa yang menginginkan Cepu jatuh ke Exxon adalah JK? Bukankah fakta sesungguhnya adalah kebalikannya? Justru “Mantan Saudagar” itu yang gentol agar Cepu, Natuna jatuh ke Pertamina. Tapi, ketika Menlu AS Condoleezza Rice menemui bapak presiden, maka akhirnya Cepu jatuh ke Exxon? Bukankah begitu?
    Saya bukan pendukung pasangan manapun, tapi saya harus menyatakan segala sesuatu harus sesuai dengan realitas, bukan isu belaka.
    Trims

    Like

  7. Iklan politik terbaru SBY yang mengubah lirik iklan Indomie dengan kata-kata yang mengagung-agungkan SBY memang cocok. Paling tidak, selama lima tahun ini pemerintahan SBY memang membutuhkan banyak Indomie sebagai makanan pokok sebagian masyarakat di saat bencana menimpa.
    Seperti hal nya Indomie yang pemasarannya menjangkau luas ke setiap penjuru Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, selama rezim SBY pun bencana melanda Indonesia dari pulau satu ke pulau lainnya. Dan di mana ada bencana, di situlah Indomie dibutuhkan, makin banyak korban makin banyak juga Indomie yang diperlukan.

    Mungkin iklan tersebut dibuat sebagai ungkapan terimakasih SBY pada Indomie yang banyak membantunya di kala duka. Tapi, mungkin inilah cara Tuhan mengingatkan bangsa ini tentang banyaknya bencana yang menimpa selama SBY berkuasa.

    Sebelumnya jargon SBY Berboedi (berbohong) telah menimbulkan kekhawatiran akan membuka kedok SBY sendiri.

    Like

  8. @ nusantaraku

    nah..anda masih tak bisa mengelak bahwa menganut Neo-Lib bukan perkara Haram, Apalagi, pasca krisis global, pengertian Neo-Lib sendiri terus mengalami “keluwesan” dalam definisi maupun prakteknya, tetapi Persentase Neo-Lib-nya masih tetap ada..Apapun peristilahan orang tentang Neo-Lib yang “direformasi” itu, Toh, Konsep neo-Libnya masih tetap ada, paling tidak dalam definisinya yang dasar.

    Kevin Ruud, bisa saja bilang ekonominya “Kapitalisme Sosial-demokratis”, tetapi itu sekedar latah saja, karena dia memang PM yang berasal dari partai buruh, yang dimanapun ada selalu mengembar-gemborkan “sosialis”…lagi pula, dengan cara apa Kevin Ruud, mengambungkan tiga “isme” sekaligus menjadi sebuah kompromi apik “Kapitalisme” dengan “sosial-demokratis”.

    Saat ini, di negara eropa sekalipun, mulai muncull kesadaran baru bahwa Neo-lib harus lebih “lentur” menerima kompromi=kompromi dengan isme-isme lain…Ini bukanlah hal yang baru, karena telah digagas Keynes jauh-jauh hari dengan Peran Negara yang cenderung Agresif dalam mengurusi hajat hidup dasar warga negara. Dalam tema “negara kesejahteraan” (welfare state). Anda tahu Keynes, penggagas neo-Lib juga…

    Mengenai Jusuf Kalla..ini lucunya, seolah dia itu saat ini bukan “Orang Pemerintah”..jadi ketika saya bilang bahwa “Pemerintah telah setuju melego Blok Cepu kepada ExxonMobile..maka dikepala anda seharusnya muncul Wajah Sodagar dengan Kumis tipis dan senyum Meringis….yang bernama Jusuf Kalla alias JK…

    salam

    Like

  9. @Ryono
    Saya sama sekali tidak pernah mengatakan neo-lib itu haram. Tapi praktik neolib yang dipadukan oleh kekuatan asing sejak 1967 yang saya tidak setuju. Sejak 1967 Indonesia sudah dirampok. Indonesia terus dikendalikan oleh korpotokrasi + agen-agen yang sudah terdoktrin untuk memberi kemudahan kepada para pemilik modal. Bagaimana pemerintah bisa mengikuti perintah IMF untuk mensubsidi para obligor/bankir/komprador dari uang negara/rakyat?
    Jadi, aneh jika kita harus bangga dengan neo-lib.
    Dan topik artikel disini adalah track record seorang yang cenderung neo-lib akan kembali membawa paham neo-lib dalam sistem pemerintah. Memgangendakan privatisasi 44 BUMN pada 2007-2008. Menprivatisasi Pendidikan via UU BHP. Mencabut subsidi rakyat, tapi disisi lain terus membayar utang najis. Inilah contextnya.
    ******
    Jelas ada perbedaan antara Partai Buruh Kevin Rudd dengan yang lain. Bukankah ada perbedaan neolib antara Obama dan Mc.Cain. Itu poinnya.Sekali lagi, ada perbedaan neolib antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Setelah Indonesia dirampok 4 kali, apakah Indonesia diharapkan terus dirampok?
    ******
    Mungkin, ada perbedaan opini antara Blok Cepu ini. 1.5 tahun silam, ketika blok Cepu jatuh ke Exxon, maka dalam benak saya adalah SBY-JK-Purnomo. Tapi, setelah saya telusuri lebih dalam, ketika Blok Cepu jatuh ke Exxon, maka “Condoeela-SBY” yang muncul. Karena pada saat itu, justru JK yang menolak Exxon ambil alih. Anda mungkin juga tahu bahwa kontrak blok Natuna tidak diperpanjang atas desakan siapa?
    Coba ditelusuri secara mendalam.
    Trims

    Like

Leave a comment