Negeri Penghuni Neraka


Inilah sebuah negeri yang menjadi pembanding dari surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Di negeri inilah, yang di lapis bawah tanah tanahnya, mengalir sungai-sungai minyak dan lorong-lorong gas. Di permukaannya, berjalanlah air-air beserta pasir-pasirnya membawa berkubik-kubik emas. Serta, di lautnya ada mutiara, miliaran ikan nan gratis dan oh, di bawah laut-laut itu masih lagi menunggu bermiliar barel minyak.

Di negeri inilah intan, permata, batu delima dan jamrud tak sekedar pemanis dalam bait-bait pantun para tetua. Catatlah negeri yang kaya raya ini, gemah ripah loh jinawi, baldathun toyyibatun wa rabbun ghafur.

* * *

Catatlah juga di negeri ini, para dokter-dokternya sungguh-sungguh kaya, dan anehnya, pasiennya banyak yang lapar dan bajunya rombeng.

Catatlah karena para pegawai negerinya lebih senang menghamba pejabatnya daripada melayani rakyatnya.

Catatlah seribu triliun duit negara ternyata lebih senang dibagi-bagi bagi si kaya. Sementara si miskin, cukuplah diberi receh tiga ribu lebih sedikit per harinya. Untuk mengambil ribu-ribu itu, si miskin mestilah menaruhkan cap jempolnya tanda setia pada si pembagi.

Catatlah, ketika suatu partai menang, yang jadi ukuran bagi perubahan bangsa itu adalah seberapa besar indeks saham dan seberapa tinggi rupiah bisa ditukarkan.

Di negeri itu, banyak orang pandai berhitung, hingga quick count pun bisa sama dengan real count. Orang-orang pintar itu pun cekikikan di balik ruang kerja yang dinginnya 20 derajat itu. “Selama masih banyak orang bodoh, kita tetap akan bisa jalan-jalan ke Italia,” kata mereka.

Konon pula, di negeri itu, banyak orang berceloteh pengangguran berkurang. Tapi terlalu banyak pula yang yang berkomentar, “Susah betul mencari pekerjaan saat ini.”

* * *

Nama negeri itu adalah Indonesia. Di sana banyak zombie-zombie, para mayat yang hidup dan dari kuburnya bisa menyontreng pilihannya pada suatu pemilihan umum. Di sana mereka pandai mencipta banyak pendekar-pendekar yang punya ilmu meringan tubuh bak kapas, sehingga para pendekar itu bisa memilih di Yogya, Kalimantan dan Sumatera Utara. Di sana, mereka mengeluarkan fatwa bahwa kalau tidak memilih dalam pemilu nerakalah tempatnya.

Catatlah, 40% warga negeri itu, sudah dituliskan namanya dalam buku malaikat Malik, si penjaga neraka. Inilah sebuah negeri yang secara sadar menjebloskan warganya ke dalam api yang menyala-nyala. Tak heranlah Tuhan pun tertawa.

Catatlah ini: seandainya di Mesir dulu ada quick count dan pemilu, maka tebaklah siapa yang menjadi pemenang, apakah Fir’aun ataukah Musa?

10 thoughts on “Negeri Penghuni Neraka

  1. ooo ternyata indonesia penghuni neraka ya? alhamdulillah sayat tidak tinggal di indonesia, tapi tinggal di solo.

    hayo hayo … 😀

    Like

  2. Fir’aun ga tertarik jadi presiden, dia pengen jadi Tuhan…

    Pengangguran emang turun, karena ada PADAT KARYA di SENAYAN (DPR)…..

    Klo GOLPUT masuk yang 40 % ga ya?

    masukin aja, biar gampang ngitungnya …

    Like

  3. Jikalau demokrasi ada di Jaman Fir’aun, pastilah Fir’aun pemenangnya…

    Manusia-manusia kardus yang berkuasa atas negeri ini…

    yup benar bang.

    Like

  4. Negeri yang penuh pembiaran dengan membiarkan pemilu 5 tahun sekali dalam menentukan masa depan di tidak pedulikan.

    Miris memang pendekatan pada negeri penghuni neraka sangat beralasan.

    Azab dan bencana terus merajalela akibat dari ulah dan perbuatan manusia itu sendiri.

    Berdoalah memohon ampunannya ……….

    untunglah neraka belum overload ..

    Like

  5. Catatlah juga di negeri ini, para dokter-dokternya sungguh-sungguh kaya, dan anehnya, pasiennya banyak yang lapar dan bajunya rombeng.

    Catatlah karena para pegawai negerinya lebih senang menghamba pejabatnya daripada melayani rakyatnya.

    Togar Lubis : Benar. ada program Jamkesmas, tapi pasien tetap disuruh bayar.

    negeri ini bagai ranting-ranting kering ..

    Like

  6. sebenernya ada gak sih sisi-sisi positif yang tersisa di negeri ini? jika ada, sebutkanlah meskipun hanya satu 🙂

    think+

    tentu saja ada. salah satunya Anda. 🙂

    Like

  7. catalah wahai saudaraku pengalaman jadi kades sungguh memilukan.. dan semakin takut jangan jangan saya juga masuk neraka.. karena tidak percaya betapa tragisnya sipat aparat kita….

    duh gusti musti dari mana kita membenahi benang kusut ini… ketika para kades pun sudah tidak peduli lagi pada tanah airnya karena mengikuti teladan camat, bupati, gubernur dan persidennya yang sama sama tidak peduli…

    blt dibagikan membuat puyeng kades karena semua merasa miskin
    jamkesmas diberikan membuat puyeng kades karena semua merasa warga negara yang perlu diasuransikan karena kami taat pajak

    pemilu diadakan membuat puyeng kades
    dpt pemilu diserahkan dari kades … muncul bukan data kades…
    musti kemana kita mengadu.. ketika persiden sendiri lepas tanggung jawab atas carut marut ini..
    semua ditembelhkeun ka kades …

    tapi saya masih berbahagia masih ada bang nirwan yang menulis ini

    wslm
    kades bungursari

    semua tergantung jajaran pemerintahan yang paling langsung dengan masyarakat yaitu lurah dan kepala desa. otonomi desa harus diperkuat dengan pengelolaan anggaran dan program-program yang mandiri. 🙂

    Like

Leave a comment