Terorisme “Bangsa” Protap


Innalillahi wa innailahirojiun. Berpulanglah ke rahmatullah, H Abdul Azis Angkat, Ketua DPRD Sumut, seorang politisi yang diakhirnya hayatnya dikenang sebagai orang yang tegas, putus syaraf takutnya walau dihadang ribuan demonstran. Ribuan orang “barbar” telah menyerbu kantor DPRD yang waktu itu sedang bersidang. Dan apakah Azis Angkat, seorang yang dipilih menggantikan H Abdul Wahab Dalimunthe lari tunggang langgang? Tidak, ternyata. Dia lebih memilih berhadapan langsung dengan para penyerbu itu, mendatanginya, menanyakan apa maunya. “Pokoknya, sekarang kau harus meneken rekomendasi paripurna Provinsi Tapanuli!” seru mereka.

Azis Angkat menggeleng. Dia tidak mau. Dia tidak bisa mengatasnamakan sebuah rekomendasi yang berkop surat DPRD Sumut bila tidak atas izin dan putusan dari sebuah paripurna. Azis Angkat sadar kalau dia bukanlah DPRD itu sendiri. Dia hanyalah seorang ketua dari suatu lembaga yang di dalamnya bermukim puluhan anggota dewan yang punya hak sama dengan dia. Dia berdiri di atas asas legalitas. Karena hukum itu pula, dia berani mengatakan tidak pada ribuan demonstran barbar itu.

Namun, sikap itu memang menuai resiko. Dia dipukuli, ditampari, diinjak. Maki dan caci jangan ditanya lagi. Akibatnya, nafasnya pun sesak dan dia disekap di dalam suatu ruangan dewan. Akses ke luar gedung dewan, sudah diblokir oleh demonstran barbar. Dadanya terus sesak, tapi dia lebih percaya pada polisi yang akan menjamin keselamatannya. Walau dia pasti tahu, kalau jumlah polisi sangat sedikit, tak seimbang dengan jumlah demonstran. Dia terpaksa menunggu di ruangan itu. Tapi bibirnya sudah mulai membiru dan dia terus kesakitan. Yang lainnya melihat kondisi kader Partai Golkar itu sudah kepayahan. Mereka langsung mengambil putusan, kalau bangsa “barbar” itu mesti diterobos apapun resikonya. Ketua DPRD harus diselamatkan.

Namun, dia memang tak terselamatkan. Setelah dipukuli, disekap dan tak dibolehkan keluar ke rumah sakit, jantungnya tak berdegup lagi. Dia wafat dalam suatu kondisi yang lebih mirip dengan pembunuhan berencana itu. Azis, pak haji dari kabupaten Dairi itu, sebuah wilayah yang justru dimasukkan dalam daerah “provinsi Tapanuli”, harus “terbunuh” oleh para barbarian beratas nama “Tapanuli”.

Terorisme
Disebut-sebut, mereka yang menyerbu DPRD Sumut konon ada yang berasal dari mahasiswa. Mereka pun latah menyebut itu gerakan mahasiswa. Mereka telah lupa, gerakan mahasiswa sejak 1966, 1970-an, 1980-an dan 1998, tidak pernah mengambil korban jiwa kepada pihak yang melawan perjuangannya. Pada reformasi 1998, mahasiswa bahkan menduduki seluruh gedung DPR, namun, sejarah memberitakan kalau tak ada satupun korban, baik dari kalangan anggota dewan, sampai kepada sang ketua. Demonstrasi 1966 juga begitu. Tak ada korban yang diambil mahasiswa dalam demonstrasi-demonstrasi itu.

Namun, semua warta tahu, kalau orang yang membunuh demi terlaksananya nafsu dan kehendak adalah sebuah gerakan teroris. Gerakan yang menghalalkan segala cara. Dia bukan tergantung dari banyak atau tidaknya korban yang terbunuh, karena walaupun satu orang yang melayang nyawanya demi kehendak dan nafsu kekuasaan semata-mata, nafsu untuk berkuasa penuh syahwat yang busuk, maka dia sudah masuk kategori terorisme.

Sejatinya, terorisme adalah si penebar ancaman, si penabur bibit-bibit ketakutan dan mereka-mereka yang tanpa belas kasihan mengambil nyawa korbannya tanpa ampun. Gara-gara demonstrasi para teroris itu, anggota dewan merasa was-was untuk bekerja dan menerima unjuk rasa. Karena, jangan-jangan mereka pun akan bernasib sama dengan Azis Angkat.

Tidak hanya anggota dewan saja yang dilingkupi was-was, karena seluruh masyarakat pun harus ketakutan. Takut untuk mendatangi DPRD, karena mereka bakal disangka akan juga berbuat hal yang sama dengan para demonstran barbar itu. Takut untuk menyampaikan pendapatnya dan aspirasinya.

Kalangan media pun jangan-jangan dilingkupi ketakutan. Jangan-jangan kalau mereka tidak mendukung suatu wacana dan gerakan politik, kantor-kantor dan nyawa-nyawa para jurnalis pun bisa-bisa ikut terancam. Itu karena media pun telah diperalat menjadi alat propaganda para pecinta terorisme itu. Jangan-jangan, kantor mereka pun akan dihancurkan seperti yang terjadi pada kantor DPRD Sumut. Jangan-jangan, mereka pun dipaksa untuk membikin berita dan menyebarluaskan informasi yang diinginkan oleh sang demonstran.

Jangan-jangan, para mahasiswa pun sudah mulai takut memakai jaket almamaternya. Karena ternyata, jaket almamater itu pun sudah dikotori oleh darah-darah kaum teroris pemaksa kehendak. Jangan-jangan mahasiswa sudah takut untuk kuliah, takut untuk kritis, karena nantinya mereka bisa-bisa diangkut ke sel-sel penjara, akibat refresifnya pihak keamanan menanggapi suatu wacana politik supaya “kejadian yang sama tak terulang lagi”.

Jangan-jangan, mereka-mereka yang selama ini berjualan aman di dekat gedung DPRD, sudah takut menggelar dagangannya di sana. Jangan-jangan, tak hanya mereka, tapi warga biasa pun takut melintas di depan gedung dewan, gara-gara trauma dan terngiang-ngiang pada ngerinya perilaku politik barbar itu. Jangan-jangan, semua pihak kini telah takut pada DPRD dan sebaliknya DPRD pun takut pada warganya sendiri.

Teror memang telah terjadi. Sahlah sudah, kalau terorisme bukanlah doktrin agama, karena perilaku teror kemarin, hanya dilakukan oleh mereka yang tak punya agama. Titik. (*)

19 thoughts on “Terorisme “Bangsa” Protap

  1. Azis Angkat sadar kalau dia bukanlah DPRD itu sendiri sehingga beliau tidak mau mengikuti kehendak para demonstran.
    Tindakan tegas dan cermat seorang mantan dosen, yang tidak gegabah menggunakan kekuasaan.
    Saya setuju bahwa aksi di DPRD Sumut bukanlah demonstrasi tapi ‘teroris’. Sehingga, pemerintah, DPR, aparat kepolisian pun harus bijak, mana yang disebut sebagai demonstrasi, mana yang anarkisme.
    Maka,sungguh miris jika ada pejabat yang membatasi aksi demonstrasi atau ‘pemekaran wilayah yang bijak, bermanfaat dan benar” hanya ‘trauma.

    Like

  2. Hiperbola.

    Sudah banyak rakyat dari daerah lain yang ngamuk di DPR(D)kenapa tidak dicap TERORIS?

    Hanya karena kebetulan “Bangsa” Protap langsung dicaci maki begis, barbar, nafsu iblis, de el el…

    Kebetulan saja DPRD Sumut yg dapat musibah…langsung dicap teroris.

    Teror itu ada FREKUENSI dilakukan berulang-ulang meneror.

    Ini cuma satu kejadian dimana korbannya kebetulan penyakit jantung..langsung dicap teroris

    Mau balas dendam cap-mencap teroris…ya pintar dikitlah caranya.

    Saya bukan Protap loh. Cuma kasihan saja melihat pola pikir kalian.

    Kebetulan ada kesalahan…langsung tancap gas..hehehehe

    Sepertinya Anda tahu banyak soal cap-mencap teroris.

    Like

  3. bang jephman…
    abang boleh aja bilang si nirwan itu hiperbola. tapi aku rasa itu adalah bentuk kemarahan atas sadis dan anarkisnya para pendemo itu..coba abang pikir kalau aja yang diserang itu rudolf pardede misalnya..masyarakat juga akan bereaksi sama atau malah lebih besar dari itu..iya kan. Jadi sah sah saja kan orang bilang kejadian itu termasuk tindakan terorisme. Demonstran yang anarkis kan menjadi teror buat orang yang ada di lokasi itu kan. Dan ternyata malah yang menjadi sasaran tembaknya adalah azis angkat kan. Dan dia merasakan teror yang luar biasa hingga beliau wafat.

    Tapi kalau bang jephman merasa tulisan nirwan ini cuma hiperbola ya gak apa juga sih..

    ini kan negara demokrasi..atau malah negara demonstrasi…atau negara democrazy….

    ha..ha…

    Like

  4. demi sebuah kekuasaan, segala cara dilakukan bahkan kekerasan sekalipun. kompleksnya…

    pemekaran memang bagus menurutku, untuk kemandirian dan kesejahteraan (apalagi jika daerah tersebut sudah memiliki potensi ekonomi), namun ketika untuk mewujudkan semua itu menjadi anarkis dan ditunggangi kepentingan kelompok tertentu, lebih baik pemekaran dikaji lagi, ditunda dulu sampai semuanya siap dan memiliki legitimasi hukum tanpa kekerasan.

    setuju. pemekaran memang mesti dikaji secara mendalam.

    Like

  5. @ ambarita

    Saya tidak mengerti logika Anda. Berandai-andai menyamakan seseorang dengan sebuah Propinsi???? weleh2…

    Apakah anda tidak bisa membedakan antara TEROR dengan KEROYOK?

    Teror itu dilakukan BERULANG-ULANG dan yang jadi korban BUKAN ORANG YANG TERKAIT TUNTUTAN TEROR itu alias orang yang tak berdosa dan pelakunya biasanya MENYEMBUNYIKAN IDENTITAS.

    Beliau merasakan TEKANAN itu benar.
    Tapi TEROR? Memang dia dikeroyok tiap hari?

    Pintar2 dikitlah cari momentum menjelek-jelekan suatu kaum kelompok suku bangsa. Apalagi ini terkait SARA yang kental yaitu agama mayoritas para pendukung PROTAP.

    Saya tidak mendukung Protap lho..dan saya juga mengecam pengeroyokan yang menurut saya tindakan pengecut.

    Cuma kasihan saja melihat cara kalian “bangsa” yang kontra Protap mau melakukan apapun untuk menggagalkannya, termasuk menjelek-jelekan bahkan mungkin FITNAH. Ketika ada kesalahan dipihak lawan, langsung tumpah itu caci maki, serasa paling benar sedunia.

    pliss deh. hehehehe

    Like

  6. Yang lebih kasihan adalah anak dari korban Azis Angkat. Bayangkan kalau itu kita atau yang tewasnya adalah anda. Kayaknya hanya sedikit di sini atau di Sumut yang kontra dengan Protap, dan aku yakin yang pro pun sangat sedikit. Lihat saja komen-komen di media-media. Jarang ada yang yang pro maupun kontra kecuali medianya si Pembunuh itu. Artinya..ini semua hanya omong kosong.

    Kalau dikatakan bahwa yang pro terhadap demokrasi dan kontra terhadap kebengisan yang menghalalkan segala cara, itu baru banyak. Jangan sok punya lawan, sok pro atau kontra. Aku yakin si Candra itu kecewa sekali, bukan karena Pak Azis mati kena keroyok, bukan karena nama Tapanuli tercoreng, tapi karena warga Sumut tidak mau terpancing membalas dan dipecah belah oleh sang biadab itu. Apa salah orang Batak dengan kau Candra sehingga kau obok-obok orang Toba semuanya. Sehingga kau rusak nama Tapanuli.

    Si Candra meniru Bapaknya yang suka memancing di Air Keruh, orang Batak dan Toba tidak terpancing, untunglah orang Pakpak (orangnya pak Azis) tidak terpancing juga. Angekkk kau sekeluarga. Sibolis!!!

    sibolis na burju …

    Like

  7. @Jephman
    Kalau sy gak mau memberi cap pada mereka sebagai teroris
    tapi cara mereka adalah cara yang sangat brutal seperti orang tidak berpendidikan padahal mereka kan rata2 adalah mahasiswa yang notabene
    adalah calon pemimpin, bisa dibayangkan kalau mereka telah memegang negeri ini.lantas bagaimana andai itu terjadi dengan keluarga kita sudah meninggal atau mungkin masih dalam keadaan pingsan namun mereka tidak mau tahu bahkan mereka masih tega melempari mobil yg membawa korban azis Angkat yang dalam keadaan setengah mati atau mungkin sudah mati. ini betul2 anarkis yg tak bisa samasekali ditolelir.semoga ini semua tidak menjadikan dendam diantara mereka namun agar menjadikan suatu pelajaran yang tak akan terulang.

    Like

  8. kasihan betul pendukung PROTAP itu..
    hanya karena seorang mati (bpk aziz angkat), masa PROTAP jadi bulan2an & tuduhan teroris. .
    kalau saja Dia(bpk aziz angkat ) tidak mati, mungkin 360 derajat dari saat ini dan kejadian itu hanya disebut : “masa mengamuk ANARKIS karena POLITISI tidak menepati janjinya” hal yang lumrah bagi rakyat Indonesia, seorang politisi/pemimpin TIDAK MENEPATI JANJInya.

    Kita liat aja nanti PEMILU, berapa banyak lagi POLITISI yang obral janji hanya sebagai bualan semata, nasibnya mungkin saja sama dengan beliau(bpk Aziz Angkat)

    itulah. teror yang dilakukan massa protap itu sudah berlangsung sejak lama, tidak hanya di demonstrasi barbar itu. Bertahun-tahun pemekaran protap justru mengedepankan teror, menyebarkan benih-benih ketakutan, ancaman dan intimidasi: awas, kalau kami gak dituruti maka akan jadi begini!

    Saya mendukung pemekaran, dan itu sudah saya tuliskan di blog saya, tapi kalau pemekaran justru digerakkan dengan teror, siapa pula yang mau ikut? Jangan gerakkan pemekaran dengan teror! Bersahabatlah, bersilaturahimlah, utamakan cinta kasih dan damai dengan semua orang, baik kepada yang mendukung dan terutama yang masih kontra. Jangan malah diteror!

    Like

  9. @ Jamal Angry

    Pernyataan Anda sudah basi dan klise.

    Sejak peristiwa Malari, angkatan 66 maupun Reformasi, memang semua demo oleh mahasiswa tidak dengan kekerasan/anarkis tanpa jatuh korban?

    Plis deh, saya tidak tahu anda berlagak lugu atau memang lugu beneran.

    Hanya karena mereka Protap yg mayoritas Kristen dan jatuh korban seorang Muslim lantas jadi mereka dicap BANGSA TERORIS??

    sekali lagi Plis deh…hehehe

    Kalau istilah sekarang yang lagi tren : Lebay! (Berlebihan = hiperbolis)

    😛

    Like

  10. mungkin hanya satu orang saja yang mati, tetapi ratusan ribu harapan PROTAP pun mati.. hanya karena aksi demonstrasi berlebihan dari segelintir orang.

    maaf bang, menurut saya, orang yang demo anarkis (orang2 C Panggabean) itu bukanya menyebar teror / aksi barbar yang gak jelas juntrunganya/memaksa kehendak.

    tapi bisa dibilang, aksi kekecewaan mereka yang mereka luapkan, karena JANJI2 politik anggota DPRD Sumut saat pemilu 2004 (termasuk Aziz Angkat)tidak terpenuhi, padahal hampir habis periode mereka menjadi anggota DPRD(Aziz Angkat dkk)

    begitu getolnya caleg2 PEMILU 2004, mengusung PROTAP, tetapi hasilnya?? pembahasanya pun “BELUM”. .
    kata orang
    ” Janji adalah Hutang, kalau Kau tak Bayar, kenalah kau dendanya”
    dendanya kemahalan euy!!

    pemekaran tetap pemekaran. teror adalah di sisi yang lainnya. Saya dukung pemekaran tapanuli, tapi teror? Berulangkali mereka, bertahun-tahun, mengedepankan permusuhan, syakwasangka, ketakutan, ancaman, dst, dst lah. Bekawanlah baik-baik, bukan nyari musuh.

    Like

  11. SETUJU bang
    niat pemekaran lanjutkan, Teror hentikan
    harus dipisahkan itu..

    saya bukan nya membela PROTAP loh tapi , membela rakyat SUMUT yang disalahkan (jadi kambing hitam) elit politik
    secara pribadi saya kurang setuju sama namanya pemekaran provinsi, sebagai orang JABAR, pengalaman BANTEN serasa dikhianati.
    hahaha

    saya mah dari dulu setuju pemekaran, tp tanpa teror, yang bersahabat. apa susahnya sih bekawan? 😀

    Like

  12. @ Jephman
    Pernyataan sy sudah basi dan klise ?
    terserah anda menanggapinya ! Lugu…? mungkin memang hanya demikian kemampuan sy , tapi yg penting segala bentuk kekerasan walau mengatas namakan apa aja aku adalah paling anti. apalagi sampai menghilangkan nyawa seseorang..!

    Like

  13. DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota berdiri berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila. Tentunya, wakil rakyat yang melaksanakan tugasnya di lembaga itu, berlindung di balik konstitusi negara.

    Nah, ketika wakil rakyat menjalankan dan melaksanakan, apa yang menjadi amanah konstitusi dan Pancasilah, lantas ada yang mengacau, “perbuatan itu masuk kategori apa?”.

    Saya kira, tidak perlu aksi Protap bisa terwujut, jika memang syarat-syarat pemekaran terpenuhi.

    Real saja. Coba gabung PAD Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Samosir dan Toba Samosir, setahunnya tidak sampai Rp 100 miliar.

    Kenyataan tersebut menunjukkan masing-masing pemerintah daerah, tidak mampu mendongkrak PAD untuk pembangunan masyarakatnya. Akibatnya, masing-masing daerah tidak mampu berbuat banyak.

    Coba saja bandingkan jumlah orang Batak di Mebidang (Medan, Binjai dan Deliserdang) dengan jumlah orang Batak di kamung halamannya itu. Masih lebih besar jumlah orang Batak di Mebidang.

    Di sini, saya mau katakan, sangat banyak orang Batak merantau, karena tidak tahan hidup di kampung halamannya. Lihat saja, pusat pasar medan, terminal amplas dan terminal pinang baris maupun dermaga belawan.

    Sekali lagi saya mau katakan, Protap pasti terwujut jika memang masing-masing pemerintah daerahnya punya visi dan misi serta kemauan keras memajukan daerahnya, sehingga PAD bisa terdongkrak.

    Mengharapkan DAU (Dana Alokasi Umum) ? Wah, justru Protap makin terpuruk, karena besaran PAD menjadi salah satu point penting guna memperoleh DAU yang lebih besar. Soalnya, dari situlah nanti “angka celah fiskal” di dapat.

    Jika saja, celah fiskal Protap -(minus) Rp 50 M saja, maka DAU yang mengucur bakal berkurang Rp 50 M. Ini kan malah berbahaya bagi pembangunan Protap.

    Protap memang patut didukung. Tapi, sebaiknya seluruh elemen masyarakat di sana bahu membahu, bagaimana PAD terus meningkat, sehingga tidak ada lagi celah kemiskinan. Horas…!

    persoalan migrasi bangso batak yang dulu itu punya banyak masalah yang harus diselidiki dengan jernih, tuntas dan hati-hati. Jadi nantinya bisa terpecahkan soal “banyak” atau “tidaknya” bangso batak di sumut ini. pemekaran harus terus dilakukan, termasuk provinsi tapanuli. namun, jangan pake cara-cara teror, bersahabatlah dengan semua orang. pemekaran, salah satunya, akan memutus mata rantai birokrasi, sehingga antara pemimpin dan rakyatnya semakin dekat. semakin tahu dia kondisi hidup rakyat dan daerahnya, kesejahteraan makin bisa direncanakan dengan jelas. mauliate 🙂

    Like

  14. Hendaknya dalam memberikan komentar atas setiap kejadian di negara, dibiasakan menggunakan akal sehat (rasional). Banyak kejadian dinegara ini yang dilakukan dengan cara demontrasi yang lebih parah dari peristiwa demontrasi di DPRD Sumut tidak di cap teroris….
    Dengan segala hormat kepada bapak H Abdul Azis Angkat, Ketua DPRD Sumut (alm), beliau menjadi salah satu korban “politik kotor” negara ini…..
    Sangat disayangkan, dalam kondisi kesehatannya yang kurang baik (penyakit jantung), terjadi demo, yang menjadi pemicu penyakitnya jantungnya fatal….. Dia berada pada waktu dan kondisi yang tidak tepat…..
    Mari kita gunakan kemampuan dan keahlian kita untuk memperbaiki keadaan yang belum baik, dari pada memfitnah dan mengomentari yang tidak ada gunanya…. akibatnya menjadi dosa pribadi anda… Berlakulah lebih baik dari setiap peristiwa, jangan menghakimi…..

    Saya akan sampaikan komentar Anda ini pada pendukung protap yang memakai cara-cara teror dan kekerasan itu. salam untuk Anda.

    Like

  15. (1) Syamsul Arifin, GUBSU, menandatangani rekomendasi protap diduga bukan cuma untuk mendorong pendukung protap makin ganas karena menganggap faktor kendala adalah Aziz Angkat. Bisik-bisik juga semakin menggema bahwa “teror” khusus diterima Syamsul Arifin dalam bentuk “kue” penggemukan diri. Berapa besar? Nanti pasti makin jelas. Ketika diperiksa TPF DPRDSU Syamsul Arifin mengatakan rekomendasi itu tersebab human error. Juga dikatakan sudah sesuai prosedur dalam arti ada paraf dari pihak-pihak yang semestinya secara administratif membubuhkannya. Siapa mereka? Jadi itu teror sustematis.

    (2) Polisi menindak orangnya (kapolda dan Kapoltabes) lantaran terasup energi jahat orang-orang protap. Berapa besar energi jahat berpago-pago itu, juga sesuatu teror sistematis.

    (3) Orang protap mendramatisir wacana non rasial meski membubuh salib pada lambang protap dengan menghadirkan Kumpul Siagian yang didandan sebagai muslim sejati asal Tapanuli, berorasi di atas kursi roda, didampingi orang-orang yang juga mengesankan muslim paling tidak dari busananya. Itu sistematisasi licik kategori teror. (Polisi harus minta keterangan dari orang ini).

    (4) Awalnya protap adalah gagasan yang dibawa Irjen (purn) MB Hutagalung dengan nama provinsi eks Kresidenan Tapanuli beribukota Sibolga. Tak lama MB Hutagakung hilang, nyaris tak ada yang mengingatnya, dan Siborong-borong dianggap lebih tepat jadi ibu kota karena di sana luas sekali tanah milik Gerhard Mulia Panggabean (GM Panggabean) yang masih buron untuk kasus kedua dalam lima tahun ini. Ini juga teror, kawan-kawan. Lupakah kalian berapa kali Gerhard Mulia Panggabean ini menggagas terror? Setelah menebar teror biasanya ia akan menggunakan anti terror lain, misalnya ketika ia meneror orang beribadah puasa melalui karikatur SIB yang dimilikinya beberapa tahun lalu, uang pun disogokkannya kepada orang-orang seperti si Marbun beralamat di Jalan Pelajar. Orang bodoh ini memang sering menjadi faktor peredam teror.

    (5) Polisi terkesan anggap enteng akan kemungkinan kemarahan anti protap yang terbukti dengan tak dipentingkannya tokoh kunci GM Panggabean, juga menyiratkan teror itu berjalan terus sehingga polisi tidak menjadi polisi (pokoknya lihat-lihat situasi).

    (6) Teror tak selamanya mengandalkan substansi frekuensi. Teror itu pengendalian aktivitas menakutkan karena ancamannya bagi kemanusiaan apalagi peradaban. Sesosok djihin pun takut kepada protap.

    Protap; Protes Tanpa Peraturan.

    Like

  16. Banyak kali cerita kalian.kalian ga tau apa itu tapanuli dan kalian ga tau bagaimana kehidupan masyarakat disana.yang kalian tau adalah untuk mengkritik.
    Yang jelas protap itu adalah jalur menuju kemakmuran orang batak,dimana orang batak itu tidak sebodoh kalian.dan kami yakin mampu membangun tano hatubuan(Bona Pasogit).
    Hidup Protap
    Horas……
    Horas……
    Horas……

    baca lagi tulisan sy baik-baik.

    Like

Leave a comment