Fir’aun

“Kau pikir untuk apa Allah menceritakan Fir’aun di dalam Alquran? Supaya engkau bisa membasmi fir’aun di zamanmu!”Kalimat itu merupakan kalimat dari almarhum Imam Khoemini. Pertama kali saya temukan, sewaktu bulan ramadhan kemarin, ketika saya berjalan-jalan di toko buku Gramedia. Lama saya merenungi kalimat itu.

Tuhan sungguh tak pernah bermain-main dalam menciptakan ayat-ayat Alquran. Alquran bukan sekedar bacaan, tapi ia adalah energi untuk menggerakkan. Allah tentu tak sedang bersastra-sastra ria, memperindah bahasa hanya untuk dipuji oleh para makhluknya karena menciptakan sebuah kitab yang lebih indah daripada karya sastra manapun di muka bumi ini. Allah tentu tak membuat kalimat itu hanya indah ketika didengung-dengungkan, dibacakan dan direnungi. Allah tentu tak sekedar membuat kalimat itu untuk dipelajari, diambil hikmahnya dan kemudian membuat orang menjadi pintar, cerdas dan pandai.

Alquran adalah kitab pergerakan. Kitab yang membuat orang lumpuh menjadi kuat berperang. Kitab yang menjangkau hatimu, menjangkau hasrat dan gairahmu yang paling dalam. Dia tidak membuatmu untuk pasrah atau fatalis. Dia tidak membuatmu menjadi cengeng dan sesunggukan di tengah-tengah malam. Dia tidak membuatmu tertawa terbahak-bahak. Dia tak sekedar memerindingkan bulu romamu. Dia mengobati sakitmu dan kemudian membuatmu bisa mengobati sakit temanmu, ibumu, istrimu, suamimu, anakmu, tetanggamu hingga orang yang tak kau kenal sama sekali.

Alquran mengajarimu bagaimana Musa bisa menghancurkan Fir’aun, mengenali siapa Fir’aun itu dan membasmi Qarun. Alquran mengatakan kepadamu bagaimana Musa mencari Tuhannya, membasmi berhala-berhala, bagaimana ia membelah sungai, mengalahkan para penyihir dan mengasihi suadaranya sendiri.

Alquran sudah menuliskan kepadamu. Bila kau rasa itu sudah kau tangkap, bagaimana mungkin engkau tak tahu bentuk Fir’aun di zamanmu?

Setakat ini, itu dulu.