Dana Kampanye Pilgubsu (3)

Bila Shohibul menghitung enam variabel, maka bagaimana cerita “orang dalam” sendiri? Ini analisis yang dikeluarkan oleh Ketua MPW DPW PKS Sumut, Sigit Pramono Asri SE. Seperti diketahui, PKS menempatkan salah seorang kadernya yang berpasangan dengan Syamsul Arifin yaitu Gatot Pudjonugroho, mantan Ketua DPW PKS Sumut.

Tabel
Estimasi Dugaan Peredaran Uang dalam Pilgubsu

sumber: data SdK (Sendiri di Kalamanti)

Sigit mengungkapkan ada tiga variabel utama yang harus dihitung untuk menentukan besaran anggaran. “Variabelnya yaitu jumlah pemilih, target suara dan cost yang harus dikeluarkan per suara,” ungkapnya.
Perhitungannya begini. Karena data Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dikeluarkan KPUD Sumut selalu berubah-ubah, maka diambil DPT per tanggal 1 Februari yaitu 8.457.296 jiwa. Itu berarti sekitar 65% dari jumlah penduduk yaitu 12.849.930 penduduk. Dibandingkan dengan Pemilu 2004, terjadi kenaikan jumlah warga yang berhak memilih. Waktu itu jumlah pemilih sebanyak 8.307.296. Ini artinya, pada pilgubsu 2008 terjadi penambahan 150.000 orang. Tapi jumlah itu, seperti diketahui, terus berubah-ubah.

Dengan asumsi bahwa target suara yang harus diraih untuk lolos putaran pertama yaitu 25%, maka pemilih yang harus diraih yaitu 2.114.324 suara. “Misalkan saja cost per suara itu dianggarkan Rp 50 ribu,” tambah Sigit lagi. Sigit menganalisis, jumlah minimal yang harus dikeluarkan setiap paket adalah hasil perkalian antara cost per suara dengan target suara. Itu artinya sekitar Rp 105,7 miliar lebih!

Analisis Sigit itu mengarah pada hitungan kasar soal penentuan budget yang harus dikeluarkan calon pada saat pemilihan mendatang. Dengan demikian, bila variabel sosialisasi pra pemilihan dan pra penetapan dimasukkan, jumlah itu bakal membengkak lagi. Apalagi, misalnya pilgubsu terjadi dalam dua putaran! (habis)