Soal Kebun Sawit Muhammadiyah, Bahdin Nur Tanjung Dusta?


Sibolga-Pengakuan Pelaksana tugas (Plt) Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Bahdin Nur Tanjung soal pengelolaan aset-aset Muhammadiyah, ternyata diduga bohong besar.

Salah satu dugaan kebohongan Bahdin adalah ketika menjelaskan pengelolaan aset Muhammadiyah berupa 140 hektar kebun kelapa sawit di Sosor Gadong, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Sementara, hasil kebun sawit yang lebih dari Rp 6,3 Miliar menguap tak jelas sejak tahun 2002.

Dalam temu pers dengan wartawan di Kampus UMSU, Medan, Jumat (14/12) lalu, Bahdin menjelaskan, dari 140 hektar lahan tersebut, 60 hektar sudah ditanami kelapa sawit. Bahdin juga mengatakan, kelapa sawit di areal 60 hektar itu akan panen 2008.

Penjelasan Bahdin yang juga berencana maju sebagai bakal calon (Balon) Gubernur Sumut ini, ternyata benar-benar bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Ini bila dibandingkan dengan hasil pengamatan langsung tim investigasi Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Sumut pekan lalu, serta pengakuan sejumlah karyawan dan buruh kebun.

Sebagai misal, menurut pengamatan tim investigasi AMM seperti Hamka Efendi Panggabean yang juga Wakil Ketua Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) Sumut, lahan yang ditanami lebih dari 60 hektar.

Kebohongan yang lebih fatal adalah, pengakuan Bahdin tentang perkiraan masa panen yang menurutnya baru bisa dilakukan pada tahun 2008. Padahal, sesuai pantauan tim investigasi AMM, kondisi sawit sudah tua. Bahkan, menurut sejumlah karyawan dan buruh kepada tim investigasi AMM, sawit itu sudah dipanen sejak tahun 2002.

Hasilnya pun cukup menggiurkan. Menurut sejumlah buruh kebun, dalam satu bulan mereka melakukan panen dua kali. Dalam setiap panen bisa menghasilkan minimal 30 ton. Berarti dalam satu bulan hasil panen mencapai angka minimal 60 ton. Bila dikonversi dengan harga kelapa sawit Rp 900 saja per kilogram, berarti setiap bulan menghasilkan uang sebesar Rp 54 juta.

Itu artinya, dalam satu tahun, kebun yang memiliki 30 orang lebih karyawan tersebut sudah menghasilkan uang Rp 648 juta. Sementara masa panen sudah dilakukan sejak tahun 2002. Berarti, sejak tahun 2002 hingga November 2007, perkebunan kelapa sawit milik persyarikatan Muhammadiyah itu sudah menghasilkan uang sebesar Rp 3,24 miliar.

Itu baru harga Rp 900/Kg. Sementara, menurut salah seorang agen dari Kota Pinang yang sering membeli sawit dari kebun Muhammadiyah, harga kelapa sawit saat ini sudah mencapai Rp 1.500/Kg. Ia juga menilai, sawit dari kebun Muhammadiyah tersebut berkualitas bagus. “Sayangnya, Bahdin justru mengaku, kelapa sawit tersebut baru dipanen sekitar 2008. Ini yang aneh bagi kami,” tegas Hamka. (*)

3 thoughts on “Soal Kebun Sawit Muhammadiyah, Bahdin Nur Tanjung Dusta?

  1. DASAR BODOH ORANG ORANG MUHAMMADIYAH …..,SETAHU AK MUHAMMADIYAH AJARAN YANG SANGAT TEGAS DAN KENTAL DENGAN AJARAN ISLAMNYA KOK MALAH KINI KENTAL DENGAN AJARAN SHEITHAN…,TAP[ BIARLAH MUNGKIN MEREKA PUNYA JALAN SENDIRI YANG LEBIH BAIK TUK MENUJU NERAKA….,

    Like

  2. langkah yang diambil oleh pihak AMM&IRM sangat bagus saya sangat mendukung kalian lanjutkan terus perjuangan kalian wahai IRM ku.usut terus sampai keakar akarnya.kita jangan mau kalah,bila perlu arahkan muhammadiyah se kab tap teng untuk mengusutnya.

    Like

Leave a comment